I'm Sorry U'r Not My Future

Kyaaaaaaa, chibi buat ff lagi ^^, padahal yang kemaren aja belum selesai gomen ne minna, yang ending itu gag bisa jum’at gomen yah ru mw lanjutin al.a >,<, hehe, tapi ini aku selesaikan sebelum UN, tapi ngepostnya baru sekarang, hehehe….moga suki yah n kalau jelek gomen >,<>,<>,< class="”fullpost”">

_****_

Hay, namaku Sakura Imonoyama, saat ini aku sekolah di Seishun Gakuen, dan ini adalah awal tahun ajaran baruku, aku sudah siap untuk menjalani kehidupanku sebagai murid kelas 3.
“hey, kura-kura” teriak seseorang memanggilku, haafh itu pasti ‘dia’ karena tak ada orang lain yang memanggiku itu selain ‘dia’.
“haaafh,haafh,, ish, kau ini kan sudah ku bilang tungguin aku di depan rumahmu.” Katanya terengah-engah mengacak-acak rambutku. Aku hanya tersenyum padanya “hehe, gomen, lagian kasihan kamu yang rumahnya jauh harus menjemputku.”
“haafh dasar kau ini, ya sudah yuk kita ke Aula, sekaligus nunggu Sayuri di sana” ajaknya lalu merangkulku.
-Dia ini adalah Inoo Kei, hehe dia adalah pacarku, aku baru 2 tahun berpacaran dengannya, saat dia menyatakan perasaannya padaku saat kelulusan SMP, aku senang sekali memilikinya, yang benar-benar perhatian dan baik padaku, bukan hanya padaku tapi pada setiap orang dia selalu bersikap ramah, tapi hanya padaku dia memberikan kebaikan yang tak dia berikan kepada orang lain ^^.-
Sesampainya kami di Aula, ternyata Sayuri-chan sudah menunggu kami duluan.
“dduhhh, kalian berdua lama sekali sih, sejak tadi aku sudah menunggu kalian tau nggak” katanya kesal memonyongkan mulutnya itu.
“hehehe, gomen deh” balas Inoo mencubit pipinya itu. Dia adalah Midorikawa Sayuri. Biasanya aku dan Inoo memanggilnya Sayuri atau Ri-chan. Ia adalah sahabatnya Inoo sejak kecil, dan aku bersahabat dengannya sejak SMP, aku senang melihat jika mereka berdua bertingkah seperti ini, lucu sekali selalu dapat membuatku tertawa dengan tingkah mereka yang menggelikan itu ^^.
“kau, kenapa Sa-chan?? Kenapa senyum-senyum sendiri??” Tanya Ri-chan padaku yang kedua tangannya masih mencubit pipi Inoo.
“hehehe, iie desu, kalian lucu aja gitu, tingkah kalian selalu membuatku tertawa, kalian berdua memang cocok sekali yah.”
“eeehh?? Hahaha, iya dong kita berdua kan best friend.” Kata Inoo menambahkan.
Tapi entah aku yang salah lihat atau bukan, saat Inoo mengatakan itu, wajah Sayuri terlihat sedih dan senyumnya pun terlihat di paksakan.
_~~~~~~_
Selesai upacara penerimaan murid baru, kami semua berjalan menuju kelas, dan nggak di sangka kami bertiga sekelas lagi, haah aku senang sekali selama 3 tahun selalu bareng bertiga, hehe mungkin ini sudah takdir Tuhan.
Aku menjalani kehidupanku seperti biasa, tak ada yang istimewa hingga sebelum aku mngetahui kenyataan itu. Suatu ketika aku tak sengaja mendengar percakapan antara Okasan dan Otosan, dan itu sesuatu di luar dugaanku, mereka membicarakan bahwa aku bukanlah anak kandung mereka, aku sungguh tak kuasa mendengar dan jika harus menerima kenyataan ini. Padahal aku sangat senang mempunyai seorang ayah seperti dia, dan ibu yang sangat sayang padaku. Aku tak tau bagaimana jika nanti aku harus meninggalkan mereka jika aku menemukan orangtua asliku.
Aku terus memikirkan masalah ini, sampai sekarang fikiranku hanya selalu memikirkannya.
“hey, kura-kura, akhir-akhir ini kau aneh sekali.” Tanya Inoo-chan padaku yang asyik menguyah onigirinya itu.
“duuh, kau ini jorok sekali sih, masa masih mengunyah malah ngomong, tuh lihat serpihan onigirinya pada jatuh.” Tegur Sayuri mengerutkan keningnya.
“yeeeh, biarin aja, nih, nyam nyam nyam” balas Inoo yang sangat senang membuat Sayuri kesal. Aku tertawa melihat tingkah mereka berdua itu.
“nah gitu dong, jadi manis kan kalau tertawa gini ^^” kata Sayuri mengedipkan matanya padaku. Yah sepertinya mereka berdua sengaja melakukannya agar aku tertawa, mungkin karena tingkahku yang aneh ini.
“demo, sebenarnya apa yang kau fikirkan hingga salalu melamun di kelas?? Seperti bukan kau saja.” Tanya Inoo.
“hmm.” Mataku melihat ke segala arah. “hahaha nggak kok nggak ada, Cuma memikirkan apa kita bisa bersama seperti ini tuk selamanya??” jawabku padahal bukan itu yang ku fikirkan, hanya saja aku tak ingin membuat mereka memikirkannya juga. Cukup aku saja yang memikirkannya.
“oowh, tapi kenapa sampai segitunya kau memikirkannya?? Dan masalah itu aku yakin kita pasti bisa berdua tuk selamanya kura-kura. Tapi tinggal Ri-chan saja, apa nanti dia di bolehkan oleh suaminya kelak?? Hehe” balas Inoo di ikuti tawa candanya itu.
Aku tersenyum mendengarnya dan melihat ke arah Ri-chan dan ia seperti memikirkan sesuatu lalu menatap Inoo dalam-dalam lalu tersenyum, walaupun Inoo tak menyadarinya, tapi aku melihatnya, dan selama ini Ri-chan selalu melihat Inoo dan tersenyum , aku baru menyadarinya bahwa Sayuri juga menyukai Inoo, wajar saja jika itu terjadi, gadis manapun jikalau sejak kecil bersabat dengan lawan jenisnya pasti akan mempunyai perasaan itu yah perasaan “suka” , bukan hanya gadis saja, tapi cowok juga, kemungkinan memiliki perasaan itu pasti ada, karena selalu bersama dan tak ingin jika posisi satu sama lain tergantikan.
-aku selalu mamikirkan , memikirkannya apa kau tau?? Sakit sekali mengetahuinya, terkoyak, teriris bagaikan jari teriris pisau walaupun lukanya hanya kecil tapi perihnya sangat besar walaupun darahnya telah hilang tapi masih saja terasa perih-
Kenapa akhir-akhir ini aku sering cepat lelah yah?? Dan merasa tubuhku lunglai begini??! Sepertinya aku tak punya penyakit, tapi kenapa sering cepat lelah?? Haafh apa mungkin karena memikirkan masalah itu? Jadi pikiranku terhubung dengan tubuhku??.
“tadaima” salamku memasuki rumah, lalu segera melepas sepatuku,.
“okaeri” jawab okasan yang menyambutku dengan hangat di depan ku. Saat aku berdiri, aku melihat ekspresi okasan terlihat kaget “sakura apa wajahmu terkena sesuatu??”
“iie”
“apa kau ghabis kejeduk??” tanyanya lagi yang memegang wajahku. Aku hanya menggeleng.
“itta, hidungmu mengeluarkan darah.” Katanya lalu segera masuk kedalam untuk mengambilkanku tisu.
“darah??” gumamku. Lalu aku mengusap bagian bawah hidungku dengan telunjuk kanan ku. Benar hidungku mengeluarkan darah, dan tiba-tiba kepalaku menjadi pusing dan pamandanganku, cahayanya makin lama makin redup.
_~~~~~_
Dimana ini?? oh dikamarku. Kenapa bisa aku berada disini?? Oh, tadi setelah aku melihat darahku, tubuhku langsung lunglai dan sepertinya tadi aku pingsan, aah lebih baik aku Tanya okasan saja.
Aku menuruni kasurku, dan berjalan menuju pintu kamarku, saat aku memegang ganggang pintu, tapi tanpa sengaja aku mendengar percakapan antara okasan dengan seseorang.
“jadi apa benar tidak ada yang dapat di lakukan dokter?? Tanya okasan, yang sedang berbicara dengan dokter, dan sepertinya dokter tadi habis memeriksaku.
Apa?? Siapa yang sakit???
“yah, tidak ada, penyakit yang di deritanya sudah sangat parah, seharusnya ia menyadari saat gejala itu muncul, kenapa tidak di periksa dari dulu??”
“saya sebagai ibunya tak tau apa-apa mengenai ini, dokter. Dia tak pernah mengatakannya kepada kami orangtuanya.
“sepertinya anak ibu juga tak mengetahuinya, karena biasanya orang yang menderita penyakit leukimia, baru menyadarinya saat penyakitnya sudah parah.
Apa?? Leukimia?? Aku?? Kenapa bisa??
Aku tak kuasa, kurasakan tubuhku serta kakiku gemetar, aku terduduk kakiku tak dapat menahan tubuhku yang gemetar ini. dan kurasakan pula air mataku yang mengalir di pipku, kenapa Tuhan?? Kenapa aku dihadapi dengan cobaan ini?? setelah aku mengetahui bahwa aku bukanlah anak kandung mereka, dan sekarang aku harus menerima kenyataan tentang penyakitku ini??
Saat kudengar ganggang pintu di pegang oleh okasan, aku bergegas kembali kekasurku dan mengusap air mataku. Kulihat okasan memasuki kamarku dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sedih itu. Dan ia menuju ke arahku, aku tersenyum sebisaku walaupun air mataku ini sudah sangat ingin keluar, tapi aku berusaha untuk menahannya. Okasan langsung memelukku dengan hangat dan ia menangis, akupun juga menangis tak kuasa membendung air mataku.
“sakura, okasan sayang sakura” suara yang terdengar ter isak-isak itu. Kalimat yang sangat bermakna bagiku.
“iya, sakura juga sangaaaaaaatttt sayang okasan.”
_~~~~~_
“okasan, otosan, aku sudah mendengar bahwa aku menderita penyakit leukemia, aku punya pertanyaan lagi untuk okasan dan otosan.” Tanyaku yang kami semua sedang berada di ruang keluarga, melakukan aktivitas biasa.
Mereka berdua menoleh ke arahku, dan tersenyum menganggukkan, pertanyaanku.
“siapa orangtua asliku??” tanyaku tanpa ekspresi.
Mereka berdua saling pandang dan terlihat di wajah okasan tak ingin menjawab pertanyaanku, tapi otosan dengan tegas menjawabnya.
“gomen, ayah tidak tau.” Ku lihat ibu hanya menangis mendengarnya, aku yakin mereka bertanya-tanya kenapa aku bisa mengetahuinya, tapi mereka tak menanyakan itu.
“lalu kenapa aku dapat bersama kalian??” tanyaku yang air mataku tiba-tiba keluar.
Otosan hanya menghela nafasnya, otosan memang tegas dan bijak sana, aku senang dia menjadi ayahku walaupun kutau dia bukan ayah kandungku.
“dulu, saat ibumu harus melahirkan, dokter mengatakan harus ada yang di selamatkan, dan ayah pinta pada dokter agar Ibunya yang di selamatkan karena kalau anak mungkin suatu saat nanti akan di beri oleh Tuhan, tapi ayah tak bisa menerima jika Ibumu harus pergi meninggalkan ayah, dan saat ingin pulang, tiba-tiba ada seorang perempuan membawakan bayi kepada kami, ia mengatakan ingin menitipkan anaknya pada kami, karena ia mengatakan bahwa keluarga mereka tak sanggup membiayaimu. Hingga kami berdua menyetujuinya karena Ibumu yang sangat menginginkan anak.” Jelas otosan panjang.
“h-hiks, okasan otosan, aku senang bersama kalian, aku sayang kalian.” Kataku ter isak-isak lalu menuju kearah mereka dan memeluknya, sebenarnya aku tak ingin kehangatan ini hilang. Tapi dengan penyakit yang kuderita apa mungkin aku akan merasakannya selamanya??.
-sesuatu yang sangat tak di inginkan, kenapa harus terjadi?? Semuanya Tuhanlah yang mengatur.-
Pantas saja aku selalu lelah, ternyata penyakit ini yang memperburuk kesehatanku. Haafh, apa yang harus kulakukan?? Dan apa yang akan ku katakan pada mereka?? Bagaimana jika nanti mereka menyadari penyakitku ini?? apa yang harus kulakukan. Tuhan beri hambamu ini petunjuk dari ini semua.
Sepulang sekolah, aku tak bersama mereka aku sengaja, karena aku ingin memeriksa kesehatanku, aku tak ingin mereka berdua tau penyakitku ini. aku pun berjalan sendirian menuju Rumah Sakit, tempat dokter yang pernah memeriksaku beberapa hari yang lalu. Saat selesai check-up, di perjalanan pulang aku melihat seorang Ibu yang kesusahan membawa barangnya, banyak sekali yang dia bawa. Aku menghampirinya berniat menolongnya.
“ehm sumimasen, apa saya bisa membantu bu??”
“oh, tak usah nak, kasihan nanti kau kerepotan.” Jawabnya tersenyum lembut kepadaku, entah kenapa melihat senyum itu, mengingatkanku kepada seseorang.
“ah, tak apa kok bu, aku tak merasa kerepotan, justru ibu yang terlihat kerepotan dengan barang yang ibu bawa, biarkan aku membantu ibu yah.” Jawabku membalas senyumnya.
“oh, begitu, arigatou sudah mau membantu ibu.” Balasnya lalu ku ambil beberapa bungkusan dari tangannya dan kubawa barang ibu itu hingga di rumahnya, aku menemaninya sepanjang jalan, berbincang dengannya, yah aku merasakan sesuatu yang tak biasa, seperti aku sudah lama bertemu dengannya. Sesampainya di rumah ibu itu, hebat rumahnya sangat megah tapi ia berpakaian biasa saja, dan saat ku lihat papan nama keluarganya “Inoo” hagh?? Inoo?? Apa ini rumah Inoo kei?? Ah, tapi sepertinya bukan apa dia pindah rumah?, lagian kan banyak marga Inoo di Jepang. Aku dipersilahkan memasuki rumahnya, dan ia membuatkanku minum.
“haafh, berkatmu ibu merasa terbantu sekali, maaf yah, jika rumahnya berantakan, karena baru saja ibu balik ke Jepang lagi.”
“hehe, daijoubu, balik ke Jepang?? Maksudnya, ibu dulu tinggal di luar negeri??’’
“yah, begitulah, 4 tahun yang lalu, Ibu harus menemani suami ke HongKong untuk menjalani tugas di sana. Hingga meninggalkan anak Ibu di sini, karena tak mungkin mengajaknya saat ia sedang ujian kenaikan kelas.”
“oh, begitu, ibu punya anak?? Namanya siapa??”
“iya, dia seumuran denganmu dan wajahmu sangat mirip denganmu, namanya….”
“tadaima” kudengar sapaan seorang laki-laki yang memasuki rumah ini.
“ah tuh dia datang Ibu kedepan dulu iya.”
Hmm, spertinya suara anak ibu itu tak asing di telingaku, siapa yah??
“ini dia, anak ibu.” Kata Ibu itu mengagetkanku saat aku mengingat-ingat suara anaknya yang mirip dengan seseorang dan ternyata saat aku menolehkan wajahku, benar Inoo, itu suaranya Inoo, jadi benar anak ini adalah anaknya dan papan nama di depan bukan marga orang lain, melainkan marga keluarga Inoo. Betapa kagetnya aku dan dia, saat kami saling pandang satu sama lain. Dia menyebut namaku dan akupun juga menyebut namanya. Lalu beberapa saat kemudian kami berbincang seperti biasa. Ibunya malah tersenyum melihat kami berdua.
“jika dilihat kalian berdua ini kembar yah.”
Hagh?? Kembar?? Kami berpandangan, iya sih setiap yang bertemu dengan kami berdua pasti selalu mengatakan kami kembar. Haafh tapi kami sudah biasa, dan setauku jodoh itu wajahnya kembar tak jauh beda, dan mungkin kami berdua adalah jodoh.
“haha, itu sudah biasa okasan, banyak yang mengatakann itu.”
“ooh, begitu, jadi kalian sejak kapan berpacaran?? Kei kenapa kau tak pernah memberitahu Ibu??”
“aah, okasan kan di sana sibuk, yah aku tak mau menganggu,. Lagian kan nggak penting toh, sekarang okasan mengetahuinya kan?” jawab Inoo malu, baru kali ini aku melihat wajahnya yang seperti itu. Ada satu sisi lagi yang kulihat dari dirinya.
“hmm, ya sudah, kalau begitu, Imonoyama-san, makan malam di sini saja yah.” Ajak Ibunya.
“hmm, nggak usah, bu aku makan di rumah saja. Orangtuaku sedang menungguku disana^^” jawabku menolak dengan lembut padanya.
_~~~~~_
“haafh, gomen yah Ibuku memang seperti itu.” Kata Inoo yang mengantarku pulang.
“haha, nggak apa kok, aku senang berkenalan dengannya, demo kau tak pernah memberitahuku bahwa orang tuamu di Hongkong, pantas saja aku kaget begitu melihat papan Marga di depan rumahmu tadi. Ku kira kau bakal tinggal di rumah Ri-chan, terus.”
“hehe, gomen, habisnya aku malas menceritakan ini kepadamu.”
Dia menemaniku hingga sampai di rumahku, dia berpamitan pulang padaku lalu melambaikan tangannya padaku dari jauh lalu berteriak dia menyukaiku, duuh apaan sih Inoo dasar, bikin aku malu saja dengan ucapannya.aku masuk kedalam rumah, dan mendapati wajah Ibuku yang terlihat syok itu, kudekati dirinya dan kubertanya apa yang terjadi padanya?? Tapi okasan tak menjawab dia hanya menggeleng, lalu menatapku dalam-dalam, dan matanya berkaca-kaca, air matanya mengalir di pipinya lalu memelukku dengan kuat, seperti tak menginginkanku pergi, apa sebenarnya yang terjadi, tapi okasan tetap tak memberitahuku, dia justru akan mengatakannya jika ayah sudah pulang nanti. Huufh aku penasaran apa yang membuat Ibu seperti ini?? aku berendam di kamar mandiku, aku memikirkannya, hingga ada panggilan di ponselku tapi aku tak menghiraukannya. Selesai berendam ternyata yang menelpon adalah Sayuri, kenapa?? Aku menelponnya lalu ternyata dia hanya memberitakan tentang boyband yang saat ini terkenal di Asia dan aku sangat suka pada mereka, aku termasuk penggemarnya,yah Arashi. Padahal Cuma tampil di salah satu acara di stasiun televisi, tapi aku senang dia mengingatkannya padaku, tapi sayang karena ada yang kufikirkan hingga aku tak menontonnya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, ayah masih belum datang, aku takut jika ayah nanti lembur, karena itu akan membuatku penasaran lagi, kemudian setengah jam lagi ku menunggu hingga akhirnya Ayah datang juga, tapi aku harus menungunya lagi hingga ayah selesai mandi dan berbenah diri. Kemudian kami berkumpul di ruangan keluarga, aku sudah tak sabar mendengarnya, sepertinya yang ingin okasan ceritakan berhubungan denganku. Dan ternyata benar berhubungan denganku, terlebih lagi aku tak ingin mengetahuinya, aku tak ingin itu, okasan bercerita bahwa orangtuaku yang asli menginginkanku kembali kepada mereka, aku nggak mau, aku berkata pada mereka aku nggak mau dan nggak menerimanya, kenapa mesti sekarang?? Padahal dulu mereka memberikanku kepada Ayah, tapi kenapa mereka sekarang menginginkanku lagi?? Apa mungkin mereka sudah dapat membiayai hidupku?? Jika karena itu, aku nggak mau, bukan karena aku hidup enak bersama dengan mereka melainkan kasih sayang mereka selama 17 tahun merawatku dengan lembut, dengan cinta yang hangat, tapi jika harus pergi meninggalkan mereka aku nggak terima. Aku nggak menerima ini semua, tapi okasan memberikan penjelasan kepadaku dengan lembut sembari memelukku dengan kehangatan seorang ibu.
_~~~~~_
Hari ini aku tak bersemangat di sekolah, hingga aku memutuskan untuk beristirahat di UKS, karena juga penyakitku kambuh lagi, lelah sekali haafh, sesekali Inoo dan Sayuri menjengukku, mereka bertanya ada apa denganku?? Akhir-akhir ini aku bersikap aneh dan menjauhi mereka, tapi mereka tak memaksaku untuk menjawabnya karena kelemasanku ini.
“huuuufh, sebenarnya kau kenapa kura-chan??” Tanya tersenyum lembut padaku, aku hanya membalasnya dengan senyumanku.
“hmm, ya sudah tak usah di paksa, oh iya aku punya berita baik nih.” Katanya menggebu.
“nani??”
“hari ini aku akan bertemu dengan adikku yang sejak kecil tak pernah ku lihat.” Jawabnya senang.
“wah, bagus dong. Kapan kau akan bertemu dengannya??”
“hmm, nanti malam tepat pukul 8, apa kau mau ikut??” tanyanya menggenggam kedua tanganku.
Aku tersenyum menolak dengan menggeleng padanya, karena kebetulan aku juga punya acara malam ini, padahal aku juga ingin bertemu dengan adiknya itu, siapa tau aku dapat dekat dengannya ^^.
-sepertinya aku harus selalu riang, agar tak ada yang khawatir padaku, haafh gara-gara penyakit, aku jadi terganggu-
“tadaima” salamku memasuki rumah seperti biasanya.
“okaeri” jawab okasan seperti biasa dengan lembut, entah apa jadinya nanti jika aku harus meninggalkan keseharian yang tenang seperti ini.
“oh, kau sudah pulang, apa kau siap malam ini??” Tanya okasan tersenyum padaku.
Walaupun sebenarnya aku tak siap tapi aku tak dapat lari dari takdir ini “ha’i,” jawabkumembalas senyum okasan, lalu aku kekamarku dan beristirahat sebentar hingga waktu nanti malam. Hmm, nyenyak sekali aku tidur, tanpa terasa sudah pukul 7, aku pun bergegas bersiap untuk satu jam lagi, berbenah diri, lalu aku turun keruang tamu, dan ternyata mereka semua sudah berkumpul, tanpa kuduga ternyata mereka.
“Inoo” kataku pelan saking kagetnya melihat dia yang duduk dengan ekspresi seperti tak percaya itu. Dia menoleh, benar wajahnya seperti tak menerima sesuatu, terasa hampa. Aku mendekati mereka duduk tepat di samping okasan. Melihat ibunya yang tersenyum bahagia padaku, yah Ibunya Inoo yang mengenalku terlihat senang sekali.
“ternyata, kau anakku setelah 17 tahun tak melihatmu, Ibu sangat senang.” Katanya dengan mata berkaca-kaca karena bahagia itu, yah aku dapat memahami perasaannya walaupun aku tak menerima ini, tapi apa yang dapat kulakukan lagi, aku hanya dapat menerima takdir mereka adalah keluargaku, termasuk Inoo yang notabenenya adalah pacarku ternyata dia adalaj saudara kembarku, kami sedarah.
“okasan, otosan, Kei nggak menerima ini semua.” Tiba-tiba Inoo-chan mengagetkan kami semua, dia berdiri sembari menentang hubungan ini, dia ingin menentang takdir aku adalah kembarannya, wajar saja karena aku adalah pacarnya akupun demikian sangat ingin menentangnya, tapi aku tak dapat menentang takdir seperti ini, Tuhan sudah merencanakan ini semua hambanya hanay dapat menerima dan menjalaninya saja.
“Inoo-chan, kau nggak boleh bersikap begitu pada orangtuamu.” Kataku lembut menenangkannya.
Dia memegang bahuku dengan erat lalu “sakura, apa kau menerima ini semua?? Bukankah kau menyukaiku?? Lalu bagaimana dengan hubungan kita selama ini??” tanyanya dengan mata yang ingin menangis itu.
Aku tersenyum lembut padanya, “niichan, aku tak dapat menentangnya, melawan takdir tak dapat kulakukan, Tuhan seudah mengatur ini semua terjadi, kita hanya bisa menerimanya.”
“kau sudah memanggilku niichan??” dia melepas genggamannya itu.
“un, walaupun kita kembar tapi kau tetap kakaku.” Jawabku tersenyum padanya.
Wajahnya mengatakan bahwa dia tak menerima ini semua, ia lalu pergi meninggalkan kami menghempas pintu. Dia sanagt tak menerima kenyataan ini, orangtuanya meminta maaf atas kejadiaan ini, dan semua yang ada di sini bertanya padaku apa aku dapat menerima ini atau tidak, dan mengenai hubunganku dengan Inoo apa aku dapat memutuskannya atau tidak, yah kujawab iya aku menerimanya dan akan memutuskan hubunganku dengannya, karena ini adalah hubungan sedarah yang Tuhan tak menerima ini. mereka memelukku, yah terasa hangat sekali pelukan mereka berbeda dengan pelukan orangtuaku yang biasanya, pelukan mereka memang hangat tapi tak sehangat kelembutan orangtua asliku, mungkin ini rasanya di peluk oleh orangtua asli disbanding dengan orangtua yang tak memiliki hubungan darah denganku. Aku senang dapat bertemu mereka, air mataku keluar membasahi pipiku, senang sekaligus sedih menerima kenyataan ini. untung saja mereka tetap mebiarkanku hidup dengan keluarga angkatku. Mungkin sampai aku meninggalkan dunia ini aku akan tetap tinggal bersama mereka mengingat penyakitku yang semakin parah, aku tau hidupku tak lama lagi di dunia ini. aku meminta kepada orangtua asliku agar mereka tak memberitahukan tentang ini kepada Inoo, biarkan saja semua mengalir seperti air, berhembus layaknya angin berjalan terarah lembut layaknya awan.
-jikalau kau melihat bintang di malam hari dan sekejap menutup matamu di sertai angin yang berhembus menusuk tubuhmu dan menyapu rambutmu. Kau akan terlelap di dalam khayalanmu merasakan bahwa aku disitu menemanimu. Sambil merasakan sentuhan lembut dari tanganku yang menggenggam tanganmu, kau merasa aman dan nyaman. Lalu bersandar di bahuku yang memberimu ketenangan, tapi setelah kau buka matamu, kau hanya bisa melepaskan air matamu yang mengalir tak berdosa. Kesedihan pun menyelimuti hatimu yang kelam.-
Hari ini seperti biasa aku menjalani kehidapan sekolah yang begini saja, hubunganku dengan Inoo seperti tak terjadi apa-apa, dia malah bersikap biasa padaku, tapi aku selalu merasa tak enak karena dia adalah kakakku, tapi perhatiannya masih saja manganggap aku ini pacarnya padahal dia tahu bahwa aku adalah adik kembarnya, yah aku memang belum mengatakan hubungan ini akan putus, tapi akan segera kukatakan jika istirahat tiba. Aku mengajaknya serta Sayuri ketempat favorit kita bertiga, dengan kemantapan yang sejak tadi malam menganggu fikiranku, menarik nafas dalam-dalam.
“aku ingin mengatakan tentang hubungan kita Inoo-chan.” Dia terdiam sepertinya dia tau apa yang akan kuakatakan padanya, aku melihat Sayuri yang terlihat heran dengan kalimatku. Aku tersenyum lalu
“niichan, kita putus yah.” Kataku tersenyum lebut padanya. Wajahnya terlihat kesal, dia tak menerimanya.
“apa?? Niichan?? Apa kau tak salah berucap Sa-chan??” Tanya Sayuri kaget mendekatiku “lalu?? Putus apa maksudmu??”
Aku merangkulnya, “yah, kau tak salah dengar dan aku tak salah berucap kok Ri-chan^^. Dan bukankah kau menyukai niichan??” aku menolehkan wajahku padanya. Dia melepas rangkulanku, wajahnya kaget begitu juga dengan Inoo yang sejak tadi diam memikirkan sesuatu.
“apa?? Haha, kau tak salah?? Kau membuatku bingung Sakura, niichan?? Inoo adalah kakakkmu?? Lalu aku menyukainya?? Apa maksud dengan semua kalimatmu itu?? Kau jangan membuatku bingung.” Tanyanya bertubi-tubi tak percaya itu. Aku hanya tersenyum lalu berjalan menuju Inoo, memegang lengannya “yah, Inoo-chan adalah niichanku, dia kembaranku, ceritanya panjang, dan ………………..” akupun mencritakan semuanya kepada Sayuri, dia menatapku tak percaya.
“dan bukankah kau juga menyukai Inoo-chan, sayuri??”
Inoo menoleh padaku dan “apa benar itu sayuri??”
Sayuri tak dapat berkata apa-apa, dia hanya mengangguk. Lalu aku mendekatkan mereka berdua,
“niichan, sayuri, kalian bersama yah, aku tau ini terlalu cepat, tapi aku yakin kalian dapt bersama kok untuk selamanya dan itu juga yang ku inginkan, karena mustahil jika ka uterus menjalani hubungan ku denagn niichan.”
Inoo melepas genggamanku yang mendekatkan tangannya ke tangan Sayuri, “niichan, niichan, niichan, aku tak suka kau memanggilku seperti itu.” Ia berteriak padaku.
“niichan, kau adalah kakakku, aku harus soapan dan itu juga yang diajarkan oleh ibuku.”
“stop, hentikan memanggilku itu, aku menyukaimu, hanay kau dihatiku, tempatmu tak dapat di tempati orang lain.” Balasnya dengan suara keras padaku, baru kali ini aku melihatnya seperti ini, sikapnya yang lembut, baik tak dapat kulihat hari ini.
“tidak,tidak,tidak, Sakura tetap akan memanggilmu niichan, kau kakakku, kita kembar.” Jawabku tersenyum manis padanya.
-seberapapun aku menyukaimu, kau takkan pernah mengerti, mungkin inilah takdir kita yang tak akan pernah bisa bersama. Aku takkan pernah bisa melupakanmu karena aku tau kau sangat berarti bagiku, walau nanti aku jauh pergi meninggalkan dirimu, kau tak kan mampu mengejarku dengan kemampuanmu. Aku tau ini mustahil namun kucoba tetap bertahan, bertahan hingga air mataku mengalir. Untukmu kau segala-galanya bagiku. Untukmu aku mohon biarkanku mencintaimu, walau nanti aku harus pergi meninggalkan dirimu tuk selamanya-
Kulihat dia mengepal tangannya seakan tak menerima itu, pergi, dia pergi meninggalkanku dengan Sayuri yang sejak tadi terdiam tak percaya. Aku mendekatinya, kupeluk dia lalu berkata “sayuri mau kan kau menjaganya demi aku dan perasaanmu sendiri??”
Dia menatapku sedih “tapi, apa aku bisa menempati tempatmu??”
“tidak, kau tak dapat menempati tempatku, tapi aku yakin di setiap tempat di hatinya akan dapat kau tempati, tapi tidak di tempatku, karena aku yakin banyak tempat di hatinya yang dapat kau isi ^^.” Kujawab dengan tegas pertanyaannya. Dia tersenyum, lalu denagn lembut memelukku. Aku tersenyum sangat senang melihat senyum darinya, hingga tak kusadaari bahwa penyakitku kambuh lagi, lalu aku pingsan dipelukkannya.
Saat aku tersadar ternyata aku berada di UKS sekolah, kulihat Sayuri tersenyum ketika aku siuman.
“kau, apa kau sakit Sa-chan??”
“iie, Cuma agak sedikit lelah saja.” Aku tak ingin ia tau akan penyakitku ini.
“ooh, begitu.”
_~~~~_
“hey, Sayuri, kenapa ia lama sekali??”
“hmm, iya yah, kalau begitu sebaiknya kususul dia.”
“sensei, apa aku dapat ke toilet sebentar.”
“silahkan.”
“hmm, kenapa Sakura lama sekali yah??”(memasuki toilet)
“are??? Sakura??(memeluk sakura yang terduduk dengan banyak darah yang keluar dari hidungnya), kau kenapa begini?? Apa yang terjadi??”
“aku baik-baik saja kok, tolong jangan kasih tau hal ini padanya yah” aku tersenyum padanya lalu kusadari aku pingsan lagi. Kutersadar dan terlihat kekesalan di wajah Sayuri.
“kenapa kau tak pernah mengatakan kalau kau mempunyai penyakit parah Sakura??”
“hehe, aku hanya tak ingin melihat kalian sedih ^^”
“tapi, kita bakal sedih lagi jika mengetahui penyakitmu belakangan.”
“duuh, nggak usah diperpanjang lagi yah, oh iya tolong jangan beritahukan tentang ini pada dia yah”
“bagaimana bisa kau ingin merahasiakan ini pada kakakkmu sendiri??”
“hehe, seperti tadi , aku tak ingin melihatnya sedih dan memikirkanku, aku takut kesedihannya nanti justru berlebihan padaku.”
“haaafh, sebaiknya sepulang sekolah kau harus kerumah sakit Sakura”
“un, o.k deh” aku mengangguk dan jari kananku membentuk tanda o.k
“tapi aku yang harus menemanimu.”
“eeeh, jangan nanti niichan curiga.”
“kalau terjadi apa-apa denganmu bagaimana??”
“haha, nggak kok tenang saja, nggak akan terjadi apa-apa padaku^^.”
-cinta sejati mendengarkan apa yang tidak di katakan, melainkan apa yang tidak di jelaskan sebab cinta tidak datang dari bibir, lidah ataapun pikiran melainkan dari hati yang tulus mengatakannya.-
Sudah seminggu ini penyakitku makin parah, dan sekarang sudah 3 hari aku berdiam di rumah sakit menjalani rawat inap, aku masih merahasiakan tentang inipada Inoo, ditambah hubunganku dengannya masih belum baik, walaupun Sayuri menanyakan alasan apa yang harus ia katakana pada Inoo jika dia menanyakannya. Yah kubilang saja bahwa aku sedang ada urusan di Osaka. Aku tak ingin dia mengetahuinya, tak ingin dia cemas. Hingga pada akhirnya waktuku harus meninggalkan dunia ini tinggal beberapa jam, diapun tau penyakitku, entah bagaimana dia mengetahuinya, seperti yang telah kuduga, dia marah besar dan kekhawatiran yang berlebihan untukku. Yah kulihat dimatanya masih menyayangiku, dan tak ingin aku pergi dari sisinya.
“niichan, jangan nangis dong, masa’ cowok nangis sih?? Nggak malu dengan semuanya yang ada di sini??” tanyaku dengan senyum di balik wajahku yang pucat.
“h-h, kenapa kau merahasiakan ini semua dariku?? Hanya aku yang baru mengetahuinya di saat kondisimu sekarat seperti ini,”
“hehe, sudahlah niichan, senyum dong untukku, aku sangat suka dengan senyum niichan yang terlihat lembut itu ^^.”
Dia tersenyum walaupun kutahu dia tak dapat tersenyum seperti biasanya kepadaku. Aku menoleh kepada Sayuri yang berdiri disamping kananku, meminta tangannya berada di atas telapak tanganku, lalu kudekatkan tangannya pada tangan Inoo yang mengenggamku tanganku sejak tadi, dan “aku ingin kalian dapat bersama untuk selamanya, aku mau kalian berjanji padaku itu.”
Mereka saling pandang dan kutau Inoo terlihat tak dapat memenuhi janji itu.
“aku mohon”
Mereka tersenyum untukku dan mengangguk pelan menandakan mereka berjanji padaku,
“hehe, gitu dong, dan niichan tolong jaga Sayuri, sukai ia walaupun, posisiku di hatimu tak ingin kau ganti oleh siapapun, tapi Sakura yakin bahwa selain tempatku masih banyak tempat yang akan di isi oleh Sayuri, aku ingin dia selalu disampingmu, mengisi hari-harimu, sukai, sayangi, cintai ia seperti kau melakukan itu padaku^^.”
“ha’i, aku akan melakukannya demi kau, dan demi Sayuri” kudengar suaranya yang masih terisak karena tangisannya.
“Sayuri, jagai niichan yah, dan usahakan kalian akan tetap bersama untukku, untukmu dan untuknya ^^.” Sayuri hanya mengangguk ia tak dapat mengatakan apa-apa padaku.
“okasan, otosan, selamanya aku tak akan melupakan kebersamaan kita selama ini, dan aku tak akan melupakan kasih sayang, kelembutan yang kalian beri” mereka hanay tersenyum dank u lihat okasan hanay menangis dengan dirangkul oleh otosan. Lalu ku menoleh pada mereka orangtua asliku.
“okasan, otosan, aku tau kebersamaan kita hanya sesaat saja, tapi aku sudah dapat merasakan kelembutan dari kalian, aku senang bertemu dengan kalian sebelum meninggalkan dunia ini, untuk terakhir kalinya biarkan aku merasakan kehangatan dari kalian ^^”. Mereka mengangguk mendekatiku, memelukku dengan kehangatan kelembutan yang terakhir kalinya kurasakan. Aku tersenyum pada mereka semua, kuberikan senyuman yang terakhir kalinya mereka akan melihatnya, senyuman dengan kelembutan.
-dulu aku selalu bilang pada diriku sendiri agar jangan pernah menangis, kali ini aku menangis karena sesuatu. Bahkan setitik harapan terakhir juga sudah hancur. Sebenarnya dari awal aku sudah tau, bahwa harapanku itu memang tidak pernah ada. Aku juga pasrahkan diriku ini yang akan meninggalkanmu, semuanya.-
_~~~~~~_
4 tahun kemudian.
“hey, Sakura” aku menoleh.
“nani??”
“oh, gomen, aku kira kau orang yang kukenal.”
“oh, apa namanya Sakura juga??”
“un, eeh, berarti namamu sakura??”
“hehe, iya demo namae wa Sakura Yaotome^^”
“oh, kalau orang yang kukenal itu namanya Sakura Imonoyama, eh bukan Sakura Inoo.”
“hey, Sayuri, kau ini cepetan kita udah telat nih, sebentar lagi wisuda kelulusan kita di Universitas Meiji ini.” kulihat seorang laki-laki putih tinggi menghampirinya yang lalu menoleh padaku “eeh, kau??” dia menunjukku.
“yah, pasti kau mengira gadis ini Sa-chan kan?? Bukan ia memang mirip dengannya serta namanya pun sama, tapi bukan ia orangnya kau tau kan sudah 4 tahun ia meninggalkan kita??”
“oh begitu.” Pria tadi hanya tersenyum heran padaku.
“ehm, kalau begitu, gomen nasai,aku salah menduga dan aku dan dia pergi dulu yah jaa” gadis yang disebut Sayuri tadi tersenyum lembut padaku lalu pergi bersama pria tadi.
‘syukurlah, kalian memenuhi janji kalian padaku, aku senang kalian dapat bersama dan kulihat Inoo sudah dapat menyukaimu sepenuhnya Sayuri^^. Kutahu masa depan niichan memang bersama dengan Sayuri, bukan denganku yang memiliki hubungan sedarah denganmu, dan sekarang masa depanku …’
“hey, kau ini, sakura dari tadi kemana sih?? Aku itu mencarimu tau nggak.”
“hehe, gomen tadi kan aku hanya berkeliling kampus ini, kan untuk terakhir kalinya.”
“oooh…” yah dia Chinen Yuri, dialah masa depanku sekarang, orang yang sangat kucintai, dan orang yang mempunyai cita-cita sama denganmu menjadi seorang penyanyi, walaupun hingga kini kau tak dapat mewujudkannya, dia orang yang dapat mewujudkannya, aku bersama dengan orang yang menggapainya.
“hmm, nanti malam kan debut pertamaku, kau datang kan??”
“un, tentu saja.^^” aku tersenyum padanya lalu dia menggenggam tanganku dan berjalan ke tempat Aula wisuda, terima kasih Tuhan walaupun kutau dia tlah ditakdirkan untuk orang lain dan bukan untukku, aku bersyukur karena pernah bersamanya. Dan terima kasih Tuhan berkatmu aku dapat mengisi tubuh gadis cantik seperti ini, aku tak dapat pernah menyangka dapat hidup kembali di tubuh orangl lain, terima kasih.
-jika disisimu ada orang yang sangat berarti bagimu, itu sudah cukup membuatmu bahagia. Bersama teman-teman yang ceria bagaikan “LOLLIPOP’ yang berwarna-warni. Dampingilah selalu orang yang kau sayang dan lindungilah ia selalu, pasti kekuatan itu sama dahsyatnya dengan kekuatan sihir “itulah kekuatan CINTA”-